Selasa, 02 Juli 2013

Parcel Lebaran di Bulan Pesta


Teringat ucapan K.H. Zaenudin MZ (rohimahullah) di iklan televisi tahun 90-an, “Hakikat puasa adalah menahan hawa nafsu, intinya pengendalian agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela” agak lupa sih redaksi persisnya, tapi yang bisa di tangkap adalah berpuasa itu menahan hawa nafsu. Puasa itu sendiri menahan makan dan minum dari terbit pajar sampai tenggelam matahari, artinya berlatih mengekang diri dari sifat super konsumtif yang merupakan sifat manusia. Bila demikian maka di bulan ramadhan umat Islam mengencangkat ikat pinggang, artinya di setiap bulan Ramadhan konsumsi umat Islam Indonesia berkurang.
Kenyataannya bulan Ramadhan di Indonesia malah menjadi bulan pesta, buka puasa bareng di restoran menjadi kebiasaan, jamuan ta’jil makanan pembuka dihidangkan sebelum makanan berat. Tak hanya kebutuhan pangan yang meningkat, pakaian pun menjadi incaran umat Islam menjelang lebaran. Maka munculah para pedanga musiman yang membuka kiosnya di pinggir-pinggir jalan menjajakan hidangan puasa, ada juga yang memajang parcel lebaran,  di pusat perbelanjaan pun rame promosi penjualan baju lebaran dengan pemasangan diskon yang menarik.

Terlepas dari anomali di atas, bulan puasa memeberikan kesan menyenagkan bagi umat Islam. Anak-anak sumringah menyalakan kembang api di malam hari, ibu-ibu sibuk membuat kue lebaran, para bisnisman mengirimkan rangkaian bunga atau parcel ke rekan-rekannya, para ustadz sibuk mengatur waktu untuk kultum dan jadwal terawih. Tapi semoga dengan hingar bingar pesta Ramadhan di negeri ini, kita semua tetap menjadi muslim yang bertaqwa dengan menjalani ibadah puasa.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar